THE POLICE LINE

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar Akan pengaruh sikap dalam kehidupan Sikap lebih penting daripada ilmu, daripada uang, daripada kesempatan, daripada kegagalan, daripada keberhasilan, daripada apapun yang mungkin dikatakan atau dilakukan seseorang.

Selasa, 01 Juni 2010

PROPOSAL TA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT (Persero) Angkasa Pura I merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa khususnya jasa penerbangan. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa aspek pelayanan menjadi satu kunci sukses dari keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu pelayanan yang diberikan kepada para pengguna jasa harus seoptimal mungkin guna memenuhi kepuasan para pengguna jasa.

Demi peningkatan pelayanan kepada para pengguna jasa PT (Persero) Angkasa Pura I telah banyak melakukan perubahan-perubahan diberbagai bidang demi meningkatkan pelayanan baik dari segi sumber daya manusia, fasilitas-fasilitas tesedia maupun dari segi teknologi namun tetap mengacu pada peraturan-peraturan baku yang telah ditetapkan oleh departemen terkait.

Salah satu fasilitas peralatan pendukung untuk meningkatkan pelayanan penumpang adalah peralatan yang mendukung sistem informasi bandara, dalam hal ini adalah peralatan Public Address System (PAS) yang perawatannya dibawah Dinas Elektronika Bandara. Penggunaan alat ini dirasakan masih belum optimal, hal ini dikarenakan masih adanya kritikan-kritikan dari pengguna jasa tentang sistem audio yang ada, seperti banyaknya informasi yang didengar penumpang yang pada dasarnya bukan untuk kepentingan penerbangannya tetapi informasi dari penerbangan lain, kondisi saat ini informasi penerbangan tidak difokuskan pada tempat airlines melakukan aktifitas pelayanan penerbangan yakni di ruang tunggu berangkat yang disediakan, melaikan informasi ditujukan kesemua zona yang ada di ruang tunggu keberangkatan, hal ini membuat suasana bandara menjadi bising oleh informasi-informasi yang bukan untuk kepentingan penerbangan terkait, oleh karenanya perlu dilakukan pengaturan ulang sistem zona speaker dari peralatan agar informasi yang diterima tepat sasaran, sehingga nantinya penumpang hanya mendengar informasi-informasi penerbangan dari airline terkait yang ada di ruang tunggu keberangkatannya.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup permasalahan berkisar di PT ( Persero ) Angkasa Pura I Cabang Bandara Juanda Surabaya, Divisi Teknik Elektronika dan Listrik, Dinas Teknik Elektronika Bandara pada peralatan Public Address System yang difokuskan pada pengaturan sistem zoning speaker yang ada di ruang tunggu keberangkatan.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mempermudah monitoring yang dapat dipantau dari jarak jauh melalui sistem yang bekerja secara real time, serta dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kamera analog pada pengembangan sistem yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan efisiensi sistem keamanan di Bandar Udara Juanda.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dapat diterapkan pada sistem monitoring di Bandara Juanda Surabaya, penggunaan kamera berbasis IP terlebih pada pengadaan jaringan baru diharapkan dapat menjangkau daerah-daerah yang belum termonitor oleh jaringan CCTV, jaringan ini juga dapat dihubungkan dengan sistem jaringan CCTV lama dengan biaya yang lebih ekonomis akan tetapi mendatangkan manfaat yang lebih banyak, sehingga semua daerah disekitar bandara dapat terekam dengan baik.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Memberikan latar belakang tentang permasalahan, ruang lingkup, tujuan, manfaat penulisan yang dibahas dalam makalah ini.

BAB II PERMASALAHAN

Memberikan masalah yang dikemukakan berdasarkan keadaan yang ada dilapangan untuk dicari pemecahannya.

BAB III LANDASAN TEORI

Memberikan dasar teori untuk menunjang penyelesaian masalah dalam makalah ini. Teori yang diberikan meliputi perkembangan jaringan CCTV dan prinsip jaringan komputer TCP/IP.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil analisa sistem baru yang mengalami perbaikan dibandingkan dengan sistem lama serta teori-teori penunjang yang menjadi landasan dari makalah ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Memuat kesimpulan dari pembahasan secara keseluruhan yang ada kaitannya dengan pembahasan maupun masalah yang dikemukan serta saran-saran pemecahan berdasarkan kesimpulan.

BAB II

PERMASALAHAN

2.1 Identifikasi Masalah

Keamanan suatu bandara menjadi salah satu prioritas kelancaran suatu penerbangan, tingkat keamanan yang minim akan membuat pengguna jasa merasa kurang nyaman dan kurang aman dalam perjalanan, dalam hal ini pemantauan keamanan dapat dilakukan dalam jarak dekat yaitu seperti yang dilakukan oleh sekuriti bandara maupun dalam jarak jauh yaitu pengawasan melalui kamera pengawas, kamera-kamera dipasang di tempat-tempat tertentu yang dirasakan rawan terjadinya gangguan keamanan, seperti ditempat-tempat yang ramai penumpang, area keberangkatan, penjualan tiket, area sekitar X-Ray, ruang tunggu berangkat, kedatangan, maupun yang dipasang diatas bangunan guna memonitor pesawat yang mendarat dan berangkat.

Pada malam hari, penjagaan oleh petugas jaga biasanya hanya terdiri atas beberapa orang, sehingga akan sangat merepotkan dan melelahkan bila petugas tersebut harus berkeliling untuk memeriksa bangunan yang luas tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang dapat menggantikan tugas penjagaan berkeliling tersebut.

Sistem monitoring yang dipakai di Bandara Juanda saat ini menggunakan kamera CCTV (Close Circuit Television) yang tersebar di seluruh area terminal bandara, jumlah kamera yang ada saat ini sebanyak 60 kamera yang terdiri dari 41 kamera tak bergerak dan 19 kamera yang bisa bergerak. Masing-masing kamera dihubungkan dengan sebuah kabel koaksial ke suatu alat matrix switcher yang berfungsi sebagai multiplexer channel, diruang kontrol dilengkapi dengan 12 layar monitor dari kamera untuk memantau keadaan, 3 layar monitor dimeja operator yang dilengkapi joystick pengontrol kamera dan 1 layar monitor beserta pengontrolnya yang berada diruang Dinas Operasi Sisi Udara. Tetapi jumlah kamera itu dirasakan masih kurang untuk memantau keadaan di areal bandara yang begitu luas khususnya di daerah sekitar X-Ray yang selama ini banyak terjadi kejadian kehilangan seperti barang-barang bawaan maupun telpon genggam, hal ini membuat kamera-kamera pengintai menjadi sangat diperlukan, selain sebagai barang bukti yang kongkrit, juga untuk meningkatkan sistem keamanan bandara.

Untuk menambah jumlah kamera akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, selain mahalnya harga peralatan, juga dikarenakan proses instalasi pengkabelannya yang sedikit merepotkan, hal ini karena teknologi CCTV yang dipakai masih bersifat analog dan dirasakan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan keamanan bandara yang semakin canggih, dengan demikian perlu diikuti oleh teknologi yang mampu menanggulangi kekurangan-kekurangan yang ada pada kamera CCTV demi menciptakan keamanan bandara yang lebih aman dan terkontrol.

2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan diatas, maka dapat diambil rumusan masalah yang dihadapi saat ini adalah sebagai berikut:

1. Teknologi Close circuit Television (CCTV) dalam pengembangannya membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal.

2. Proses penginstalan jaringan CCTV dinilai kurang praktis dan tidak ekonomis, karena pada penginstalan kamera baru, dibutuhkan pula jaringan kabel baru sampai ke server.

3. Sistem pengkabelannya menggunakan kabel jenis koaksial yang bersifat analog sehingga rawan terhadap noise (gangguan sinyal akibat peralatan elektronika yang ada didekatnya).

4. Teknologi perekaman CCTV yang dipakai masih menggunakan kaset pita VHS yang memiliki kapasitas penyimpanan video yang amat terbatas.

5. Monitoring dan pengontrolan kamera hanya dapat dilakukan dari ruang server dan terpusat.

6. Sistem perekaman video dilakukan secara sequence dan tidak dilakukan perekaman tiap kamera sehingga kesulitan dalam menemukan hasil rekaman yang diinginkan.

7. Pada proses investigasi, pihak lain yang membutuhkan kaset yang berisi hasil rekaman dikirim dalam bentuk fisik dan tidak bisa melalui media elektronik seperti E-mail ataupun via jaringan.

8. Perlu adanya penggabungan teknologi antara jaringan CCTV dengan jaringan kamera yang berbasis IP untuk meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi biaya instalasi dan dapat dipantau dalam jarak yang jauh (tidak terpusat).

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Perkembangan Close Circuit Television (CCTV)

CCTV adalah teknologi yang cukup konvensional yang sudah lebih dulu hadir. Dengan kamera CCTV yang sangat mungil, seorang petugas kemanan dapat memantau keadaan. Dan bila ada kejahatan terjadi, rekaman pada CCTV cukup dapat dijadikan barang bukti. Oleh sebab itu, keberadaan CCTV banyak digunakan pada tempat-tempat yang rawan akan kejahatan seperti pusat perbelanjaan, mesin ATM maupun di area bandara.

Bentuk kamera yang semakin hari semakin kecil membuatnya sangat fleksibel untuk diletakkan di mana saja. Bahkan, jika diinginkan kini juga sudah tersedia CCTV yang tidak menggunakan kabel. Keberadaan CCTV sebagai alat keamanan kadang menyulitkan kadang tidak. Untuk kemanan yang butuh pantauan ketat, tentu akan membutuhkan kehadiran SDM sebagai operator atau petugas pemantau. Sedangkan bila CCTV hanya digunakan sebagai alat dokumentasi atau bukti di kemudian hari. Petugas operator hanya perlu merekamnya.

Dalam perkembangannya, CCTV telah melalui kemajuan yang cepat dan semakin canggih, mulai dari sistem CCTV analog sampai sistem CCTV yang menggunakan jaringan komputer berbasis IP atau yang sering disebut sebagai IP Network Camera (IP Video) yang mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dalam sistem perekaman.

3.1.1. Sistem CCTV Analog

Sistem CCTV analog terdiri dari kamera analog, multiplexer/switcher, alat perekam video (VCR) dan televisi monitor. Di butuhkan sebuah kabel koaksial untuk menghubungkan secara langsung satu kamera ke alat multiplexer/switcher. Tampilan gambar video keluaran dari multiplexer/switcher dihubungkan ke VCR dan ditampilkan melalui tv monitor. VCR masih menggunakan pita kaset video, video yang dihasilkan merupakan hasil rekaman dalam kecepatan frame penuh dan belum di mampatkan. Dan dalam satu kaset bisa merekam kejadian maksimal 8 jam.

Gambar 3.1 Sistem CCTV Analog

3.1.2. Perpindahan Teknologi CCTV dari Analog ke Digital

3.1.2.1. Analog CCTV menggunakan DVR

Sistem analog yang menggunakan DVR (Digital Video Recorder) adalah sistem analog dengan perekam digital. Dalam DVR, pita video digantikan dengan harddisk untuk merekam video, kemudian video tersebut di digitalisasi dan dimampatkan untuk tujuan menyimpan video dalam beberapa hari. Pada awalnya DVR mempunyai keterbatasan dalam kapasitas harddisk yang disediakan sehingga mempunyai masalah dalam lamanya perekaman atau kecepatan frame yang digunakan. Tetapi dengan kemajuan teknologi, harddisk sekarang mempunyai kapasitas yang sangat besar sehingga masalah diatas dapat di atasi. DVR ini biasanya mempunyai masukan video 4, 6, 9, dan 16. DVR juga berfungsi sebagai multiplekser. Sistem DVR ini mempunyai keuntungan yaitu tidak memerlukan pergantian pita kaset video dan kualitas gambar yang konstan.

Gambar 3.2 Sistem CCTV dengan DVR Recorder

3.1.2.2. Analog CCTV Menggunakan DVR dengan Port Jaringan

Sistem analog CCTV ini menggunakan DVR yang mempunyai port jaringan Ethernet untuk dihubungkan dengan jaringan LAN. Sinyal video di digitalkan dan di kompresi di DVR kemudian ditransmisikan lewat jaringan komputer untuk di monitor pada PC di tempat pengawasan yang tidak dalam satu ruangan dengan DVR. Beberapa sistem DVR ini dapat memonitor video secara live dan rekamannya, ada pula yang hanya dapat memonitor hasil rekamannya. Untuk memonitornya di PC menggunakan sebuah web browser standar.

Gambar 3.3 Sistem CCTV dengan DVR Port Jaringan

3.1.2.3. Analog CCTV Menggunakan Video Server

Sistem jaringan video ini terdiri dari video server, switch, dan PC dengan software pengaturan video. Kamera analog dihubungkan ke video server yang kemudian sinyal video di digitalisasi dan dikompesi. Video server kemudian dihubungkan ke jaringan melalui switch ke PC. Kemudian video tersebut di simpan di harddisk.

Gambar 3.4 Sistem CCTV dengan Video Server

3.1.3. CCTV Berbasis Jaringan Internet Protokol (IP)

Sebuah system jaringan video yang menggabungkan sebuah kamera dan computer dalam satu unit, termasuk di dalamnya digitalisasi dan pemampatan sinyal video dan web server dengan IP address sendiri. Sinyal video di salurkan lewat jaringan berbasis IP, kemudian lewat jaringan switch dan kemudian di rekam pada PC dengan software managemen. System ini merupakan system jaringan video yang sebenarnya dan sistem digital penuh karena tidak menggunakan komponen analog.

Gambar 3.5 Sistem CCTV dengan IP Jaringan

3.2. Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung. Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Tiap komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan jaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node.

Bebrapa keuntungan jaringan komputer antara lain:

1. Sharing Informasi

2. Sharing peralatan

3. Sharing program

4. Bisa kerja bersama antar komputer

5. Bisa berkomunikasi langsung dan efektif

3.2.1. Dasar Internet Protokol (IP)

Internet Protokol (IP) adalah protokol yang digunakan untuk menyalurkan data yang di kirim dari sebuah peralatan dengan alamat tertentu ke peralatan lain yang juga mempunyai alamat tersendiri di sebuah jaringan. Data di bagi dalam bentuk paket-paket kecil dan masing paket di kirim secara terpisah ke alamat tujuan.

3.2.2. TCP/IP

TCP/IP adalah salah satu jenis protokol yg memungkinkan kumpulan komputer untuk berkomunikasi dan bertukar data didalam suatu network (jaringan). Merupakan himpunan aturan yg memungkinkan komputer untuk berhubungan antara satu dengan yg lain.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sistem Perekaman Menggunakan CCTV

Sistem monitoring CCTV (Close Circuit Television) dengan prinsip kerja yang merubah sinyal dari analog ke digital yang menghubungkan kamera-kamera ke sebuah alat perekam video kaset ternyata dirasakan tidak praktis dan memakan banyak waktu dan tenaga, hal ini dikarenakan pada proses penginstalan tiap kamera membutuhkan satu kabel yang menghubungkan ke sebuah alat multiplekser yaitu matrix switcher, selain itu input channel dari alat ini juga amat terbatas yaitu sekitar 64 kamera saja. Keluaran (output) dari matrix switcher masih berupa sinyal analog yang kemudian diteruskan ke sebuah alat perekam kaset, pengontrolan kamera juga masih bersifat analog yang menggunakan joystick sebagai penggeraknya, dalam teknologi lebih lanjut, sistem perekaman sudah menggunakan media digital yaitu dengan memakai DVR (Digital Video Recorder), cara ini memungkinkan perekaman video dapat disimpan dalam kapasitas yang lebih besar.

Teknologi DVR cukup dikenal masyarakat, karena sistem ini mengubah sinyal analog ke digital, akan tetapi sistem pengkabelannya masih menggunakan kabel koaksial yang bersifat analog, hal ini cukup merepotkan jika adanya kebutuhan dalam penambahan jumlah kamera, karena jumlah kanal yang disediakan oleh matrix switcher sangatlah terbatas, maka dalam penambahan jumlah kamera diikuti dengan penambahan jika adanya kebutuhan penambahan jumlah kamera, otomatis juga dilakukan penambahan alat matrix switcher jika kanal yang tersedia telah habis.

Sistem monitoring menggunakan CCTV masih terdapat kelemahan-kelemahan, diantaranya:

1. Sistem ini melakukan perubahan sinyal analog ke digital yang memerlukan koneksi kabel dari titik ke titik pada proses instalasi, sehingga untuk melakukan penambahan kamera memerlukan biaya yang mahal.

2. Input kanal matrix switcher atau DVR sangat terbatas, dimana dalam satu matrix terdapat maksimum 64 masukan kanal dan satu DVR maksimum 16 kanal.

3. Sistem perekamanya terpusat. DVR digunakan untuk merekam video dan akses IP. Bila terjadi kesalahan pada DVR, maka pengawasan dan perekaman akan terhenti.

4.2 Sistem Perekaman Berbasis IP

Teknologi IP juga dapat diterapkan untuk memonitor ruangan, hal ini dengan adanya kamera-kamera yang bekerja berbasis jaringan TCP/IP. Kamera IP memiliki beberapa keuntungan seperti biaya instalasi yang lebih murah dan mudah untuk dilakukan, hal ini karena pada penginstalan jaringan baru, kamera IP cukup dihubungkan kesebuah jaringan TCP/IP yang telah ada, dan tidak membutuhkan kabel yang panjang sampai ke server seperti halnya pada CCTV analog. Sistem CCTV analog dapat juga dihubungkan kedalam jaringan kamera IP melalui alat pengkonversi sinyal dari analog ke digital, kamera-kamera analog dihubungkan ke sebuah alat multiplekser yang disebut matrix switcher, keluaran sinyal dari matrix switcher dihubungkan kesebuah masukkan DVR Card yang ada dikomputer server, lalu komputer server dihubungkan melalui HUB/Switch ke suatu jaringan komputer yang lebih luas, sehingga tampilan dari CCTV analog dapat dimonitor di jaringan kamera yang berbasis TCP/IP.

Beberapa manfaat yang akan diperoleh dari penerapan sistem perekaman dengan menggunakan sistem IP Video Monitoring kedalam jaringan CCTV analog diantaranya adalah :

1. Dalam pengadaan jaringan baru, tidak perlu mengganti jaringan yang lama karena jaringan dengan sistem IP bisa dihubungkan ke jaringan CCTV analog.

2. Penggunaan kamera IP dalam perluasan jaringan dapat menghemat biaya dan mudah dalam proses instalasinya.

3. Gambar yang dihasilkan dengan kualitas tinggi yang dapat diakses, dimonitor, direkam, maupun dicetak dari komputer mana saja yang terhubung ke jaringan.

4. Pencarian video dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

5. Pengontrolan dapat dilakukan secara terpusat maupun terdistribusi, sehingga dapat dikontrol apa yang diinginkan.

6. Dapat juga menggunakan jaringan tanpa kabel sehingga dapat menghemat biaya dibanding instalasi dengan jaringan kabel.

7. Komputer client yang diberi hak otorisasi dapat mengakses kamera manapun untuk memonitor dan mengontrol kamera dari mana saja.

8. Level akses dapat di atur untuk setiap administrator. Perekaman bisa disimpan di tempat yang berbeda untuk menghindari dari kerusakan komputer.

9. Adanya fasilitas komunikasi dua arah yang memungkinkan pengguna untuk mendengar dan berbicara langsung.

10. Perekaman dilakukan secara otomatis tanpa melibatkan petugas cukup hanya dengan Personal Computer dan Software Recording System untuk melakukan perekaman.

11. Media penyimpanan dapat berupa Harddisk yang mempunyai kapasitas penyimpanan yang sangat besar dan memiliki mutu perekaman yang cukup bagus dan tidak banyak mengalami gangguan.

4.3 Spesifikasi Teknis Peralatan

Dalam membangun jaringan CCTV yang berbasis online, spesifikasi teknis yang harus dipenuhi antara lain:

1. Komputer Lengkap

a. Minimal Prosesor Pentium III 1GHz atau lebih besar (dianjurkan Pentium 4 2,4GHz)

b. RAM DDR 512 MB atau lebih

c. OS (Operation System) Windows 2000/2003/XP

d. Web browser menggunakan Internet Explorer ver. 5.5 atau yang terbaru

e. Harddisk Maxtor 400 GB 7200 rpm

f. DVD-CDRW Internal Lite On 52x32x52 + DVD 16x

g. VGA Card AGP 8x Innovision GeForce FX5200 128 MB (64 Bit, DDR, TV out)

h. NIC (Network Interface card)

2. Kamera IP yang telah diprogram alamat IP-nya

3. HUB/Switch yang berfungsi penghubung jaringan.

4. Kabel UTP dan konektor RG-45

5. Software aplikasi dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Mempunyai fungsi schedule untuk perekaman masing-masing kamera

b. Support semua harddisk yang terinstal di komputer

c. Mempunyai fungsi alarm ( motion image trigger alarm, sensor input trigger alarm, video lost trigger alarm )

d. Mempunyai kemampuan multi task yaitu rekam, playback, remote monitoring serta image viewing dapat dilakukan bersamaan

e. Mempunyai alarm log

f. Pencarian file berdasarkan jam, hari, host name dan alarm log mode

g. Mempunyai kemampuan kontrol PTZ (Pan Tilt dan Zoom)

h. Menyediakan multi I/O control

i. Support Operating System Windows 2000/XP

j. Dapat diremote dan dimonitoring (gambar) via LAN, internet dan PSTN

4.4 Proses Penginstalan Sistem.

4.4.1 Pemberian Alamat IP Pada Kamera

Pada dasarnya dari pabrik, IP kamera ditetapkan dengan alamat:

IP address : 192.168.0.100

Subnet mask : 255.0.0.0, akan tetapi kita dapat menyeting sendiri alamatnya dengan cara sebagai berikut:

1. Masukkan CD program lalu kemudian instal ke komputer.

2. Jalankan program aplikasi untuk mencari kamera yang aktif di jaringan.

Gambar 4.1 Tampilan Kamera yang Sedang Aktif

3. Setelah menemukan kamera yang aktif, lalu klik kamera yang akan diset IP-nya.

Gambar 4.2 Tampilan Setting IP Pada Kamera

4. Pengesetan port yang akan digunakan, hal ini menggunakan port HTTP (80).

Gambar 4.3 Pengesetan Port Jaringan

5. Langkah selanjutnya mengetik nama dan password Administrator.

Gambar 4.4 Tampilan Isian Administrator dan Password

6. Untuk mengakses kamera, klik dua kali pada kamera yang diinginkan, lalu akan muncul tampilan sebagai berikut.

Gambar 4.5 Tampilan Awal IP Kamera melalui Web.

4.4.2 Koneksi Jaringan TCP/IP

Setelah penginstalan dan pengesetan IP kamera, lalu diimplementasikan pada jaringan komputer dengan menggunakan konsep Local Area Network. Dalam hal ini, kabel UTP digunakan sebagai media transmisi sedangkan konektornya adalah RJ-45, protokol yang digunakan adalah TCP/IP.

Sebelum membuat jaringan TCP/IP, terlebih dahulu dilakukan pengkonfigurasian TCP/IP. Hal ini dilakukan dengan cara menginstal protokol TCP/IP pada setiap komputer yang terhubung dalam jaringan dan masing-masing komputer harus diisi IP address yang berbeda.

Untuk menguji koneksi dua buah komputer dilakukan PING IP address dari komputer lain. Disini penulis memberi IP address 192.168.0.1 untuk komputer server dan 192.168.0.2 untuk komputer client. Untuk mengujinya diberikan PING 192.168.0.2 dari komputer server. Jika dihasilkan replay sebanyak empat kali artinya koneksi berhasil, jika tidak maka koneksi gagal. Hasil dari pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Koneksi TCP/IP

4.5 Mengakses Kamera Melalui Web Browser

1. Membuka Internet Explorer lalu ketik alamat IP kamera yang diinginkan.

Gambar 4.7 Mengisi Alamat IP Kamera Pada Web Browser

Kemudian akan muncul tampilan seperti pada gambar 4.5, lalu klik Enter.

2. Tampilan utama yang ditampilkan seperti pada gambar berikut.




Gambar 4.8 Tampilan Keadaan Ruangan dari Kamera

3. Untuk mengakses kamera secara penuh, harus masuk ke Admin terlebih dahulu dengan meng-klik tombol Setting seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.9 Tampilan Menu Utama pada Administrator

4. Bentuk tampilan kontrol kamera setelah masuk ke admin, juga terdapat fasilitas kontrol PTZ (Pan, Tilt dan Zoom)

Gambar 4.10 Tampilan Pengontrol Kamera.

4.6 Perbandingan Sistem Jaringan CCTV Analog dan IP Kamera

Tabel 4.1 Perbandingan Sistem Jaringan CCTV Analog dan IP Kamera

Jaringan CCTV Analog

Jaringan IP Kamera

Sistem monitoring dan pengontrolannya terpusat pada ruang server

Dapat diakses dari komputer manapun yang terhubung ke jaringan

Pada proses penginstalan, memerlukan akses kabel point to point, satu kamera satu kabel jaringan.

Seluruh Kamera Terhubung dalam satu jaringan Local Area Network (LAN)

Pengontrolannya Terpusat pada beberapa server

Pengontrolan dapat dilakukan secara terpusat maupun terdistribusi

Pengontrolan hanya dapat dilakukan melalui kabel jaringan.

Pengontrolan dapat menggunakan tanpa kabel (wireless)

Tidak dapat diakses dari komputer lain

Dapat diakses melalui computer lain

Level akses terbuka dan siapa saja bisa mengontrol kamera

Administrator dapat mengatur level akses dari tiap client

Sulit menemukan/mencari data/file rekaman apabila dibutuhkan

Mempunyai fungsi schedule sehingga mudah ketika mencari data/file rekaman yang dibutuhkan

Komunikasi satu arah (half duplex), server cuma menerima informasi dalam bentuk gambar

Adanya fasilitas komunikasi dua arah yang memungkinkan pengguna untuk mendengar dan berbicara langsung.

Tidak semua kejadian di zone kamera terekam karena adanya sequential time (jeda waktu perekaman)

Semua kejadian di zone kamera terekam penuh

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan kamera berbasis IP dalam pengembangan sistem memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1. Dalam pengadaan jaringan baru, tidak perlu mengganti jaringan yang lama karena jaringan dengan sistem IP bisa dihubungkan ke jaringan CCTV analog.

2. Penggunaan kamera IP dalam perluasan jaringan dapat menghemat biaya dan mudah dalam proses instalasinya.

3. Gambar yang dihasilkan dengan kualitas tinggi yang dapat diakses, dimonitor, direkam, maupun dicetak dari komputer mana saja yang terhubung ke jaringan.

4. Pencarian video dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

5. Pengontrolan dapat dilakukan secara terpusat maupun terdistribusi, sehingga dapat dikontrol apa yang diinginkan, dapat juga menggunakan jaringan tanpa kabel (wireless).

6. Komputer client yang diberi hak otorisasi dapat mengakses kamera manapun untuk memonitor dan mengontrol kamera dari mana saja.

7. Level akses dapat di atur untuk setiap administrator sehingga perekaman bisa disimpan di tempat yang berbeda

8. Adanya fasilitas komunikasi dua arah yang memungkinkan pengguna untuk mendengar dan berbicara langsung.

9. Perekaman dilakukan secara otomatis tanpa melibatkan petugas cukup hanya dengan Personal Computer dan Software Recording System untuk melakukan perekaman.

10. Media penyimpanan dapat berupa Harddisk yang mempunyai kapasitas penyimpanan yang sangat besar.

5.2. Saran

Dalam pengembangan jaringan CCTV di Bandara Juanda diharapkan memakai jaringan kamera yang berbasis IP, hal ini disamping dapat meningkatkan efisiensi kerja, juga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit. Untuk pengembangan lebih lanjut, sistem monitoring dapat dilakukan melalui jaringan yang lebih luas melalui jaringan internet.

0 komentar: